12/31/19

2019

A remarkable teacher of mine passed away by a heart attack and my good friend passed away on a major car crash. Both happen so suddenly, without any warning nor prediction.

My childhood friend, one that I used to be so close with, got married by accident. It got me pretty traumatic, guilty, and shocked for more than a month.

Dad lost his voice in the election. Not so long after that, he got into the parliament as the party's representative, and everything was slowly improving. But then it comes to an end.

This year I got to drive a car on my own, but also the time where I have to let go of my ride.

This year was the time where I got struck by a lot of bitter stories from the past that leads me to try very, very hard to made peace with my past, my closest circle, and the present situation.

But out of all things happened... This year, I have finally achieved self-acceptance after years of struggling with it. It was not easy at all and it takes a lot of time, courage, and process. This year, I went to Japan with my own money after two years of having it on the bucket list. This year, I am surrounded by the most loving friends that got my back.  This year, I also met the most amazing people that bring me to a lot of good experience, memory, self-growth, and countless blessings.

I might say my 2019 was rough, but the blessings I had this year was infinite it covers up the wounds. I believe the universe will always try to keep its balance if we keep believing. I deeply realize there are more untold stories out there that are worse than my side story. Nobody said it was easy, but look; We made it. Here's to a fresh start. One thing I wished for 2020; I hope everyone let everyone be happy.

11/22/19

Hear the unheard voices

I always trust my inner monologues, no matter how often it argues with me. For me, gut feeling and inner monologue are my best friends. They always help me with every decision that I have to make by myself. I dedicate this post to myself, to keep it as a self-reminder whenever I feel lost.

It may not be easy to trust the inner monologues, I also have doubts about them sometimes. But for me, having more confidence about yourself will help to sharpen the mind, that will leads to good inner monologues. I tried to apply this to my daily activities during work and everything else, and apparently, it works... So here are some important things I would like to keep, as follows:

First, I will work on my own brief. I don't always get a good brief. So I created one for myself to work on. I found it hard to work without a good brief; I feel lost, I don't know what to create, and I can't understand the purpose of my creation. Whenever I got a bad brief, I always try to translate it into my own words and the kind of brief that seems easier for me to work on. The brief that I created myself does not always have to be written, as long as I keep it clear on my mind. At the end of the day, I always find it easier to work that way. Besides I can understand my work even better, I don't have to rant about the bad brief that I got previously because hey, I can get through it!

In this case, my inner monologue always helps me out to set the so-called much easier brief for me to work on. First I always ask myself, what is the purpose of this creation? What kind of message that it wants to deliver? What are the things that I need to add or remove, in order to make it works? What does the client want, but can't be described briefly? How do I combine my idea with their needs? Could they work together? As the questions are popping out, the answer will follow and it will help to guide me through the brief and the work itself.

Then, I will always try to look and feel deeper. I solemnly realized how I need to be more critical and sensitive about everything I see. Sometimes I forgot to be more critical about the things that my eyes are consuming. Departing from the thought, from now on especially when I am feeding my brain and eyes, I always let my inner monologue asks a lot of things. How does it work? How could it happen to be that way? What makes it look good? Why does it use such amount of space?

And last but not least... I will try to stop making sense and not forget to have fun. Let me say this out loud. To my dear self, not everything has to make sense! When was the last time I didn't think too much over something? As much as I hate to admit this, I am an over-thinker. I think through things way too much sometimes I forgot about the fun part. Thanks to my inner monologue, sometimes it whispers to me to not forget to have fun. Things don't always have to work the way it should work, unexpected things won't always be the bad guy, there is always something worth to find out in new things, and don't ever limit yourself in order to make everything looks perfect.

Again... trusting my inner monologue helps me to keep me sane, as corny as it sounds. It really helps me to let go of a lot of unnecessary thoughts that could lead to stress. I will always try to listen deeper, hearing the unheard voices.

6/21/19

Menyambung Jeda

Dunia berputar dengan cepat sekali. Terkadang membuat saya lupa tentang apa yang sebenarnya saya kejar, tentang apa yang sebenernya saya cari, atau mengapa saya ikut tergopoh-gopoh berlari seperti semua orang lainnya.

(Berhenti. Ada jeda di sana.)

Lalu saya tertegun, betapa memiliki kesadaran untuk merasakan jeda adalah sebuah keistimewaan sendiri. Hanya untuk semudah menyadarinya saja – atau mungkin hal itu memang tidak mudah untuk kebanyakan orang?

Apakah sesulit itu menahan diri untuk tidak membalas pesan di pagi hari dan hanya menikmati teh dengan tenang?

Apakah sesulit itu untuk menikmati perjalanan dengan kereta cepat yang hanya berlangsung selama tiga puluh menit dari stasiun awal ke stasiun akhir tanpa melihat gadget sama sekali, tidak memikirkan brief yang sedang berjalan, dan hanya menikmati pemandangan di jendela atau di gerbong kereta?

Atau mungkin, hanya untuk menikmati suara-suara yang ada di dalam kepala.

(Lari dan kejar terus hingga dapat.)
(Bagaimanapun caranya, bagaimanapun caranya.)

Kita menciptakan ilusi untuk menjadi yang terbaik diantara yang lainnya, terkadang membuat kita menjadikan semua hal di sekeliling kita terasa seperti lawan dan lupa akan kawan. Ironinya, mungkin kita lupa menjadikan diri sendiri sebagai kawan.

(Sekarang, sekarang, sekarang!)
(Mengapa terdiam ketika bisa bekerja?)

Satu hal yang selalu saya percaya; Bagaimana saya bisa mindful dan berkoneksi dengan orang lain dan semua hal yang saya lakukan, jika saya tidak bisa mindful dan berkoneksi dengan diri saya sendiri?

(Berhenti. Ada jeda di sana.)

4/28/19

Jeda

Saya adalah seorang perfeksionis. Saya selalu ingin semuanya berjalan dengan sesuai dengan apa yang sudah saya rencanakan dan ingin semuanya berakhir sempurna. Sejak mulai produktif berkarya dari sekitar lima tahun lalu, saya selalu merasa tidak boleh ada waktu luang yang terbuang sia-sia. Harus selalu ada cara untuk saya mengisi kerenggangan waktu tersebut untuk mencicil pekerjaan yang sedang saya jalani. Dimana pun saya berada, bagaimana pun caranya, sekecil apapun progres yang bisa saya buat.

Sampai akhirnya belakangan ini saya sadar, bahwa hal tersebut merupakan langkah yang kurang tepat. Mungkin sebenarnya tidak buruk juga, hanya kurang tepat. Hal yang menampar saya betul adalah bagaimana pause atau jeda sebenarnya memiliki kekuatannya sendiri untuk kembali memberikan produktifitas. Di sini saya sadar bahwa kekuatan jeda jauh lebih hebat dari yang saya pikirkan sebelumnya – yang ternyata selama ini seringkali saya remehkan. Mungkin selama ini kekuatan jeda tersebut habis tidak tersisa, termakan oleh perasaan perfeksionis saya.

Saat ini saya mencoba untuk berkomitmen dalam setiap jeda yang saya miliki, untuk bisa memberikan ruang dalam setiap pekerjaan yang saya lakukan dan menggunakannya dengan baik. Mengutip kata-kata Riri Riza, "Kita harus selalu memberikan ruang untuk magic bekerja." Di sini, saya menganggap jeda sebagai ruang di mana si magic akan bekerja dengan sendirinya. Karena memang terkadang di dalam jeda, kita jadi bisa merasakan berbagai macam hal secara lebih mendalam. Bagi saya, di saat kepala sudah dipenuhi dengan berbagai macam hal yang harus segera diselesaikan, saya seringkali lupa untuk merasa. Padahal rasa merupakan salah satu peran terpenting dalam setiap pekerjaan yang saya jalani.

Sejalannya saya menerapkan konsep jeda dalam keseharian, hingga saat ini saya merasa jauh merasa lebih bahagia secara fisik dan mental karena saya tidak terus-terusan memforsir dan menekan diri sendiri untuk melakukan segala hal dalam tempo yang cepat untuk hasil yang sempurna. Satu hal yang saya pelajari dari proses jeda ini juga untuk lebih banyak maklum. Tidak hanya maklum terhadap orang lain yang juga memiliki hak jeda mereka masing-masing, sehingga saya tidak selalu berekspektasi bahwa orang lain akan bisa mencapai standar perfeksionis saya, tapi juga maklum kepada diri saya sendiri. Memaklumi bahwa segala hal tidak harus selalu berjalan dengan kilat, memaklumi bahwa segala hal tidak harus berjalan dengan seratus persen mulus dan sempurna.

Semoga kita semua tidak pernah lupa untuk selalu memberikan ruang jeda, dan membiarkan ruang tersebut bekerja dalam kemagisannya sendiri.

4/27/19

A letter to my 10-year-old self

Halo Naf,

Pasti saat ini kamu sudah di sekolah ya, memikirkan betapa pukul 14.45 masih sangat jauh jalannya. Bagaimana hari ini? Menyenangkan, atau ada yang menganggumu lagi? 

Jangan pernah berlarut terlalu sedih ketika ada yang menggangumu ya, karena sampai saat ini dan sampai kapan pun, pasti akan selalu ada hal yang menggangumu. Akan tetapi, kamu selalu memiliki pilihan untuk membiarkan hal tersebut mengganggumu, atau hanya sebagai tamu yang lewat saja. Pilihan kedua terdengar lebih baik.

Terkadang tidak semua hal bisa berjalan sesuai keinginan kita, tapi percayalah dengan bersabar dan menerima keadaan yang terjadi akan sangat membantumu untuk tidak berlutut kecewa atau sedih. Hal ini akan menjadi batu pijakan yang semakin kuat dan hal tersebut akan sangat bermanfaat untuk fase-fase kehidupan yang harus kamu lewati di masa mendatang. Saat ini sudah cukup banyak fase tersebut sudah berhasil aku lewati, tapi ini belum seberapa. Terima kasih ya, sudah menyiapkan batu pijakan yang cukup kuat untukku hari ini. Walaupun batu tersebut terkadang masih seringkali membuat tergelincir, akan tetapi selalu cukup kuat untuk membuat kembali bangkit.

Psst, aku akan berikan sedikit bocoran. Bersiaplah, akan tetapi jangan takut. Dalam beberapa tahun ke depan, fase roda kehidupan di hidupmu akan berputar cepat sekali. Cepat, sekali. Selama dua tahun kamu bisa berada di bawah, dan setahun selanjutnya kamu berada di atas, semuanya terasa baik-baik saja, kemudian kamu akan berada di bawah lagi. Akan tetapi itu bukan masalah. Percayalah, hal ini akan membuatmu menjadi lebih berpijak kepada bumi dan selalu sadar bahwa semua hal sifatnya sementara. Semua hal. Memang tidak mudah dan sesekali kamu akan menangis, akan tetapi aku yakin kamu sudah menyiapkan bekal yang kuat untuk tidak terus berlarut dalam pilu.

Karena semua hal bersifat sementara, begitupula orang-orang yang ada di sekitarmu. Teman akan silih berganti. Aku tidak akan mengatakan bahwa yang terbaik akan tetap bersamamu, karena nyatanya semesta tidak bekerja seperti itu. Mungkin mereka akan pergi, tapi mereka akan selalu ada jika kamu membutuhkan mereka. Tentang mereka yang menyakitimu? Biarlah. Aku selalu percaya masih ada banyak orang baik di dunia ini, dan orang baik akan selalu dipertemukan dengan orang yang baik pula.

Lalu bagaimana kabar mimpi-mimpimu? Teruslah berani untuk bermimpi, sebesar apapun itu sampai membuatmu takut. Aku ingin mengatakan terima kasih untuk tidak pernah lupa bermimpi dan berimajinasi setiap harinya, karya-karyamu di masa mendatang akan berhutang budi pada dirimu yang selalu membiasakan pikiranmu untuk bermain bebas di dalam mimpi dan imajinasi.

Akhir kata... Bersenang-senanglah, nikmati setiap momen yang kamu miliki.
Tetaplah menari walau terluka, karena luka hanya datang sementara.