6/21/19

Menyambung Jeda

Dunia berputar dengan cepat sekali. Terkadang membuat saya lupa tentang apa yang sebenarnya saya kejar, tentang apa yang sebenernya saya cari, atau mengapa saya ikut tergopoh-gopoh berlari seperti semua orang lainnya.

(Berhenti. Ada jeda di sana.)

Lalu saya tertegun, betapa memiliki kesadaran untuk merasakan jeda adalah sebuah keistimewaan sendiri. Hanya untuk semudah menyadarinya saja – atau mungkin hal itu memang tidak mudah untuk kebanyakan orang?

Apakah sesulit itu menahan diri untuk tidak membalas pesan di pagi hari dan hanya menikmati teh dengan tenang?

Apakah sesulit itu untuk menikmati perjalanan dengan kereta cepat yang hanya berlangsung selama tiga puluh menit dari stasiun awal ke stasiun akhir tanpa melihat gadget sama sekali, tidak memikirkan brief yang sedang berjalan, dan hanya menikmati pemandangan di jendela atau di gerbong kereta?

Atau mungkin, hanya untuk menikmati suara-suara yang ada di dalam kepala.

(Lari dan kejar terus hingga dapat.)
(Bagaimanapun caranya, bagaimanapun caranya.)

Kita menciptakan ilusi untuk menjadi yang terbaik diantara yang lainnya, terkadang membuat kita menjadikan semua hal di sekeliling kita terasa seperti lawan dan lupa akan kawan. Ironinya, mungkin kita lupa menjadikan diri sendiri sebagai kawan.

(Sekarang, sekarang, sekarang!)
(Mengapa terdiam ketika bisa bekerja?)

Satu hal yang selalu saya percaya; Bagaimana saya bisa mindful dan berkoneksi dengan orang lain dan semua hal yang saya lakukan, jika saya tidak bisa mindful dan berkoneksi dengan diri saya sendiri?

(Berhenti. Ada jeda di sana.)